Cerbung : Disty First Love -- Part 1


 Disty First Love -- Part 1
By Distiwan

Assalamu Alaikum Wr. Wb.

Wah sudah lama ya Disty tidak berkutak lagi dengan blog, tanpa terkecuali blog ini. Btw apa kabar semuanya ? Malam ini Disty mau berbagi sebuah cerpen. Hmm untuk pertama kalinya Disty buat cerpen di HP, berhubung HP sekarang sudah support sama word dokumen, jadi enak pas transfer ke lapy :D . Nah berhubung Disty akhir-akhir ini suka baca komik expecially Serial Cantik, akhirnya muncul deh cerita yang satu ini. Total ceritanya ada 6 halaman dokumen word, tapi Disty bagi menjadi dua bagian biar gak terlalu panjang hehe...

Oh iya cerpen ini sebenarnya adalah kisah seorang teman Disty, yang namanya cuma ngasal aja plus diberi sedikit bumbu2 jadi gak 100 persen aslinya kayak ini seh hehe 
OK biar gak banyak komen dari Disty, langsung aja ya Guys , Selamat Menikmati  :D
 
Sore yang cerah di suatu tanah lapang…
Kami biasa bermain disini, ya kami, Anti, Yuli dan aku sendiri Disty, serta anak-anak kompleks perumnas. Tiap sore menjelang kami selalu bermain disini, tanpa mengenal gender dan umur. Yah begitulah anak-anak.

Oh iya, aku belum memperkenalkan diri. Namaku Disty, sekarang usiaku genap 9 tahun dan duduk di kelas 3 SD . Yuli dan Anti adalah sobat karibku, kami sekelas di SDN Pembina. Walaupun secara umur aku memang tua setahun dari mereka. Ya maklumlah aku masuk setahun agak telat he he he.

Sore ini seperti biasa kami beserta anak kompleks lainnya bermain dengan riang gembira. Ada yang bermain Layangan, Sepak Bola, kejar-kejaran dan lain-lain. Saat itu aku sedang bermain kejar-kejaran , saking takutnya tertangkap lawan tanpa sadar aku  tersandung batu dan akhirnya terjatuh. 

"Memalukan"batinku.

Spontan semua anak-anak yang ada disana menertawakan diriku, tidak terkecuali Galy. Anak cowok satu itu memang suka menggangguku. Entah menarik rambutku yang kuncir kuda, meledekku sampai  menertawakanku jika aku melakukan sesuatu yang memalukan, sama seperti hari ini. 

"Huft, tidak ada pedulinya. Teman jatuh malah diketawain bukan ditolongin" seruku sambil menatap ke Galy.

"Tuh Gal, bantuin si Disty. Dia minta sendiri loh" tambah Ading teman setingkatnya Galy, sambil mengedipkan sebelah matanya ke Galy. Entah apa yang dia pikirkan. Dan si Galy tetap cuek bebek. Hanya tertawa menatapku sambil tiduran di rerumputan. Oh iya Galy dan Ading 3 tahun di atasku mereka sekarang sudah kelas 6 SD di sekolah yang sama denganku.

Jika ku ingat pertama kali pertemuan kami dengan Galy, waktu itu Aku, Anti serta Yuli sedang ingin makan jambu air. Nah Yuli mengatakan bahwa ada satu rumah yang jambu airnya sudah matang buahnya dan sekarang rumahnya lagi kosong, soalnya mereka sekeluarga sedang liburan. Akhirnya dimulailah rencana pemanjatan pohon jambu air.

Suasana waktu kami ke rumah itu memang sangat hening tanpa ada tanda-tanda kehidupan. Kami pun memanjat yang dimulai dengan diriku, lalu Anti dan kemudian Yuli.

Sepuluh menit kemudian, kami sudah berada diposisi yang sesuai dengan jambu air masak sejauh jangkauan tangan masing-masing. 

"Hmm segar sekali jambunya"kataku sambil menikmati jambu air yang ada ditanganku.
Dengan lahapnya kami menyantap jambu itu, hingga tidak menyadari seseorang tengah mengamati kami.

"Hey, apa yang kalian lakukan"teriak seorang cowok yang tiba-tiba keluar dari dalam rumah itu. "Loh katamu tidak ada orangnya yul?"Teriakku dari atas. 

Secara spontan Anti dan Yuli segera melompat turun dari pohon dan meninggalkanku seorang diri.

"Hey jangan kabur" teriaknya lagi sambil berusaha mengejar Anti dan Yuli, namun gagal. Akhirnya dia kembali lagi sambil menatapku dengan tajam.  

"Ayo turun sini" teriaknya dengan keras hingga membuatku takut dan panik. Dengan tergesa-gesa aku menuruni pohon itu dan .... Bruuukkk "aww"teriakku sambil memegangi kakiku yang sakit karena terjatuh dari pohon itu. 

"Makanya jadi orang jangan suka nyuci jambu orang"katanya sambil menyentil jarinya dikeningku.
"Aww, sakit tau..."Seruku.
"Bantuin donk, sakit neh" kataku sambil mengulurkan kedua tangan ke arahnya.
"Enak aja, pulang sana. Sudah nyuri pake minta bantuan segala, hush hush..."Katanya sambil masuk kembali ke rumahnya. 

Akhirnya dengan perasaan kesal, aku  pun pulang sambil berjalan terkeok-keok.

"'Kamu gak apa-apa Dis ?" Tanya Anti yang menyadarkanku dari lamunan masa lalu .
Memang, khusus temanku yang satu ini sifatnya keibuan , perhatian banget sama temen. 

"Gak apa-apa kok"balasku sambil tersenyum.
Akhirnya aku memutuskan untuk pulang karena bajuku sudah bercampur dengan tanah dan berdebu plus sudah tidak mood lagi untuk bermain sore itu.

++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++

Esok harinya semua anak kompleks kumpul di rumah Ading. Rumah Ading tergolong agak mewah di kompleks kami, dengan berbagai macam mainan koleksi, mulai dari kelereng berbagai warna dan ukuran, mobil-mobilan, play station, dan masih banyak lagi. Intinya jika hari sedang hujan , banyak yang bermain kesini, seperti saat hujan sore ini.

 Hari ini kami bermain kartu domino, dan seperti biasa Galy pun juga ada disini. Walaupun dia satu-satunya orang di luar kompleks kami. Dia tinggal sekitar dua blok dari kompleks kami.

 Sepanjang permainan Galy mengikuti kartu yang diturunkan olehku. Aku menaruhnya disebelah kanan dia pun juga begitu, begitu pula jika Aku  menaruh disebelah lainnya. 

"Hmm aneh banget, kok bisa ya kartunya bisa ngikutin kartuku" batinku kesal.
"Mana dia menang terus, huft" sambungku masih membatin. Sedang anak-anak yang lain pada suit-suitan gak jelas setiap Galy menurunkan sebuah kartu tepat di kartu yang kuturunkan.

"Ahhh gak seru neh. Enaknya mesti pakai hukuman " kata Galy tiba-tiba.
"Hmm boleh juga"balas teman-teman yang lain.
"Nah aku menang, hukumannya kutik tangan ya ?"Kata Galy yang ternyata kali ini pun menang dengan telak.

Secara bergantian Galy mengutik tangan tiap peserta yang kalah dan tentu saja aku pun kena giliran.
"Awww"kataku mengaduh, ternyata dia memang tidak punya perasaan huft. Sedangkan yang mengutik tanganku hanya tertawa terbahak-bahak melihatku kesakitan.
"Awas aja nanti kubalas"kataku pada Galy sore itu. Yang disambut dengan tawanya yang khas.

To Be Continue...

0 comments:

Post a Comment