cerpen : Dongeng sebelum tidur

Dahulu kala hiduplah seorang penyihir yang menurut desas desusnya sangat jahat. Dia tinggal di tengah hutan Nangroe, yang terkenal sangat menakutkan dan siapa pun yang pernah masuk ke sana pasti tidak akan bisa kembali lagi. Alkisah di desa Antara yang letaknya tidak begitu jauh dari hutan tersebut, hiduplah seorang pemuda yang baik hati. Namun dia memiliki tubuh yang sangat mungil, seperti besarnya tubuh para kurcaci. Diusianya yang kini genap 20 tahun dia tetap saja memiliki tubuh yang mungil itu. Bagi masyarakat sekitar dia diberi julukan SI MUNGIL . Kedua orang tua si mungil sangat prihatin dengan keadaan anaknya yang hingga saat ini belum mendapatkan pendamping hidup. Para gadis yang tinggal di desa itu pun tidak ada yang mau berteman dengannya. Jangankan ngobrol, berpapasan saja dengan si mungil ini saja mereka tidak mau, mereka pasti akan langsung kabur. Suatu hari desa tersebut dilanda musim kemarau panjang. Semua tanaman para penduduk dalam sekejab mengering, air di sungai pun sudah mulai habis. Para penduduk sangat menderita, banyak korban jiwa jatuh dimana-mana karena kelaparan, kehausan serta kekeringan. Untuk mendapatkan seteguk air di sungai saja harus membutuhkan tenaga yang sangat besar, sebab seringkali terjadi perkelahian dalam memperebutkan air-air terakhir yang tersisa di sana. Seorang penduduk bahkan menyarankan agar mereka mengambil air dari danau yang terdapat di tengah hutan Nangroe, namun karena di sana tinggal penyihir jahat dan setiap penduduk yang pernah masuk ke sana tidak pernah keluar lagi, maka mereka pun mengurungkan niatnya. Suatu hari ibu si mungil mulai sakit, karena dia kekurangan air. Si mungil bingung harus bagaimana. Mau mengambil dari sungai, tapi takut nantinya dia malah tewas karena kalah pada pertikaian dalam memperebutkan air di sana. Tiba-tiba terlintas dalam benak si mungil untuk mengambil air di danau dihutan Nangroe itu. Dia benar-benar seorang anak yang berbakti kepada orang tuanya. Keesokan harinya dia pun berangkat ke hutan itu, sepanjang perjalanan kesana, dia mendapat berbagai hinaan dan cacian dari para penduduk desa, karena menurut mereka mana mungkin si mungil ini dapat kembali lagi ke desa. “ hey, kau mau cari mati ya??” teriak seorang penduduk. “wah, ada yang sok-sok jadi pahlawan neh “timpal penduduk lainnya. Serta berbagai perkataan lainnya yang dilontarkan oleh setiap penduduk yang bertemu dengannya. Tapi si mungil tidak patah semangat, baginya kesehatan ibunya lebih penting dari apapun juga. Maka si mungil pun melanjutkan perjalanannya untuk masuk ke hutan itu. Tidak seperti yang dikatakan oleh para penduduk lainnya, ternyata hutan tersebut hanya seperti hutan-hutan lainnya. Dimana banyak pohon-pohon besar tumbuh di dalamnya, juga dengan hewan-hewan yang hidup disana. Tiba-tiba dia menghentikan langkahnya ketika dia tiba di depan sebuah danau yang airnya sangat jernih. Dia pun meminum air danau itu. “hmm sungguh nikmat air danau ini “ katanya dalam hati. Namun tiba-tiba dari dalam danau muncullah seekor ikan aneh yang ukurannya sangat besar. Dia hanya memiliki satu mata berwarna merah didahinya. Dan ikan tersebut tidak memiliki sirip sama sekali. Tubuhnya sangat halus dan berkilauan. Ikan itu pun mendekat ke arah si mungil. “ siapa kau? Berani-berani kau meminum air danauku ini “ kata sang ikan. “maafkan saya. Sudah lama saya tidak merasakan air seenak ini., karena saat ini didesa saya sedang dilanda musim kemarau panjang “ kata si mungil ketakutan. “terus mengapa kamu dating ke hutan ini? Bukankah telah tersiar di desamu bahwa hutan ini tidak boleh dimasuki ?”Tanya sang ikan lagi. “ saya cuma mau mengambil sedikit air dari danau ini, untuk menyembuhkan ibu saya yang sedang sakit karena sudah terlalu lama dia tidak merasakan air yang segar. “jelas si mungil. “ baiklah kalau begitu kamu boleh mengambil air dari danau ini, tapi ingat ambillah seperlunya saja “ kata sang ikan yang tiba-tiba masuk kembali ke dalam danau itu. Si mungil pun mengambil air danau itu dan measukkannya ke dalam sebuah botol kecil. Kemudian dia pun meninggalkan danau itu dan hendak pulang ke rumahnya. Namun ditengah perjalanan, dia melihat ada seorang nenek tua yang sedang membawa sekeranjang buah apel ditangannya. Terlihat nenek itu sangat kesulitan dalam membawanya. Dengan sigap si mungil pun segera mengambil keranjang tersebut. “nek, saya Bantu ya mengangkatnya ?” pinta si mungil. “iya cu “kata nenek itu yang kemudian menunjukkan rumahnya dengan telunjuknya ke arah sebuah gubuk yang terbuat dari mutiara. “waw, indah sekali. “kata si mungil. Sang nenek cuma tertawa terkekeh-kekeh. Mereka pun menuju kesana, setibanya digubuk itu si mungil pamit untuk pulang. Namun si nenek tiba-tiba berkata “ apakah kau tidak mau merasakan bagaimana rasanya tinggal di dalam gubuk nenek ini untuk sementara waktu ? “Tanya nenek tua itu. “ terima kasih atas tawaran nenek, tapi saya harus segera membawa air ini untuk ibu saya nek, karena ibu saya sangat membutuhkan air ini “ kata si mungil. Si mungil pun membalikkan badannya dan hendak pergi meninggalkan sang nenek, namun tiba-tiba sang nenek terjatuh ke tanah “ aduh..” kata si nenek. “nenek tidak apa-apa ? “Tanya si mungil kepada sang nenek. “nenek tidak apa-apa cu, kamu pulang saja “ kata si nenek yang langsung berdiri dan hendak masuk ke gubuknya. “ nek, biar kan saya memasakkan nenek sesuatu di dalam sebelum saya pulang. Itu pun jika nenek tidak keberatan ?” Tanya si mungil. “ iya tidak apa-apa nak “ kata si nenek yang mempersilahkan si mungil masuk. Begitu mereka masuk ke gubuk itu, si mungil melihat suatu ruangan lapang yang sangat luas, tidak sesuai dengan besar dari gubuk itu bila dilihat dari luar. Disisi-sisi ruangan itu terdapat banyak sekali pintu berwarna-warni yang masing-masing terbuat dari bahan-bahan yang berbeda, ada yang terbuat dari emas, batu rubi,berlian,keramik,bahkan ada salah satu pintu yang terbuat dari kue. Wah pintu-pintu yang sangat membingungkan. Sejenak si mungil sempat berpikir untuk memasuki pintu yang paling membuat penasaran, yaitu pintu dari bahan kue tersebut. “kira-kira apa ya isi didalamnya ?”tanyanya dalam hati. “bagaimana dengan rumah nenek ini, nak??bagus bukan? Apa kau berkeinginan untuk tinggal lebih lama ?”Tanya nenek itu. “iya, saya mau sekali, nek “jawab si mungil dengan cepat. “eh, tapi saya harus segera pulang ke rumah, karena ibu saya pasti sudah khawatir dan sangat membutuhkan air ini “kata si mungil lagi dengan raut wajah sedih. “tapi saya tetap akan menepati janji saya untuk memasakkan sesuatu buat nenek, hmm enaknya masak apa ya ?” gumamnya. Tiba-tiba dia mendapatkan ide untuk memasakkan sang nenek kue apel dan kebetulan nenek juga sudah memiliki apaelnya kan??” Tanya si mungil. “iya, nenek juga punya tepung dan bahan-bahan untuk membuat kue lainnya “kata si nenek. “tapi, dimana saya dapat membuatnya ? di ruangan ini tidak ada apa-apa, cuma hanya ada pintu-pintu saja “kata si mungil bingung. “itu di tengah ruangan ada oven dan bahan-bahan untuk membuat kuenya “kata si nenek sambil menunjukkan tungku dan sebuah meja yang di atasnya terdapat bermacam-macam bahan untuk membuat kue. “tapi…tadi kan tidak ada apa-apa disana, nek??”Tanya si mungil heran. “ah, kau pasti tidak memperhatikannya saja nak . ayo kita masak bersama kuenya “kata si nenek sambil menuju meja itu dengan membawa keranjang apelnya. “tapi aku yakin, tadi meja itu tidak ada di sana “kata si mungil dalam hati. “tapi sudahlah mungkin memang hanya perasaanku saja “katanya yang juga dalam hati. Kemudian si mungil pun menyusul sang nenek ke meja itu dan mulai membuat adonan untuk kue apel mereka.
Tiga puluh menit kemudian kue apel pun jadi. Kemudian sang nenek pun mengajak si mungil untuk masuk ke pintu yang telah membuat dia penasaran, yaitu pintu dari bahan kue. Di sana sudah tersedia sebuah meja bundar dan dua buah kursi yang juga berbentuk bundar dan terbuat dari kue. Dinding ruangan itu pun semuanya juga terbuat dari kue, “waw, pasti rasanya enak sekali “ kata si mungil dalam hati. “ayo, kita duduk disana sambil menikmati kue yang kita buat tadi “ kata si nenek yang segera menuju ke kursi yang terbuat dari kue itu, diikuti si mungil. Mereka pun menikmati kue tersebut dengan riang gembira. Setelah kue tersebut habis, si nenek menyuruh si mungil untuk mencicipi kursi yang terbuat dari kue itu, yang sekarang sedang dia duduki. Tanpa menunng lama-lama lagi si mungil pun mengambil sepotong dari kursi itu. “enak sekali,nek “katanya ketika mencicipi kue tersebut. “tapi kok bisa ya ? saya duduk di atas kue yang lembut ini, dan kue ini juga tidak melengket dipakaian saya “kata si mungil dengan keheranan. “ itu karena kue itu akan menjadi lembut ketika dimakan dan menjadi keras ketika diduduki” jawab si nenek. “ o iya nek , kalu saya boleh nanya. Apakah nenek tidak takut tinggal di hutan ini ? bukankah di hutan ini terdapat seorang penyihir yang sangat jahat ? “Tanya si mungil . “ apakah nenek tidak kelihatan seperti seorang penyihir nak? “ Tanya si nenek yang tiba-tiba berubah menjadi penyihir yang telah mengenakan seragam kebesarannya berwarna hitam dan menggunakan topi kerucut dengan memegang sebuah sapu terbang. “hi…hi..hi…”ketawa sang nenek bergema dimana-mana. Si mungil pun ketakutan, dia bingung harus berbuat apa-apa. Tapi tubuhnya secara tidak sadar segera berdiri dan berlari kea rah pintu, namun sebelum dia berhasil meraih gagang pintu itu si nenek langsung menyihir pintu itu, dan dalam sekejap pintu tersebut pun hilang. “ kau tidak perlu takut kepadaku nak. Kau memang seorang pemuda yang baik, dalam keadaan senang pun kau selalu mengingat orang-orang yang kau sayangi. Tidak seperti orang-orang yang telah dating ke rumah nenek sebelumnya, mereka terlalu serakah dan ingin memiliki semua mutiara, emas , berlian dan hal-hal yang menarik di dalam rumah ini, tapi karena kelakuan mereka itu, kini mereka menerima ganjarannya. Mereka dikutuk menjadi beberapa pintu yang ada di rumah ini. “jelas sang penyihir itu. “ o iya nek, apa aku boleh minta satu hal ?” Tanya si mungil. “ apa nak ?” Tanya si nenek. “ begini nek, desa saya sedang dilanda musim kemarau dan saat ini para penduduk sedang kekurangan air, apakah nenek punya cara untuk mengatasi kemarau tersebut? Saya memang sudah mendapatkan air buat ibu saya, tapi para penduduk yang lain pasti juga sangat membutuhkan air. Apakah nenek punya jalan keluarnya? ” pinta si mungil. “maaf nak, nenek tidak bisa membantu. Hanya ada satu cara untuk menghilangkan kemarau tersebut. Kau harus masuk ke negeri kebaikan, disana kau harus melakukan kebaikan terhadap apapun yang menurutmu benar . Jika sekali saja kau berbuat kejahatan atau serakah, maka kau tidak akan pernah bisa keluar dari sana. kau harus menemukan kristal cahaya dan setiap kebaikan yang kau lakukan akan menuntunmu kesana. Dengan kristal itu desamu akan kembali makmur lagi“jelas sang nenek. “ saya mau pergi kesana, nek. Lalu bagaimana saya dapat kesana ?” Tanya si mungil. “mari ikut nenek “kata si nenek yang segera keluar dari ruangan kue itu dan menuju ke sebuah pintu yang terbuat dari emas, ketika masuk ke dalam pintu itu, di dalamnya terdapat tiga pintu lagi. Yang pertama adalah pintu yang terbuat dari perak, yang kedua terbuat dari permata dan yang terakhir hanya terbuat dari bamboo. “ ayo pilihlah pintu yang kau suka. Ingatlah kau tidak boleh serakah. “kata si nenek mengingatkan. “saya pilih yang pintu dari bamboo ini saja nek “kata si mungil kemudian. “kenapa kamu pilih pintu itu ? bukankah pintu itu yang paling jelek diantara pintu lainnya ? “Tanya si nenek. “ saya tidak pantas untuk masuk ke pintu yang lainnya nek “ kata si mungil. “baiklah kau masuklah ke pintu itu “ kata nenek. Si mungil pun memasuki pintu yang dipilihnya tadi. Setelah menutup pintu itu kembali, tiba-tiba saja pintu itu menghilang. Kini dia berada dalam suatu jalan yang tidak terlihat ujungnya sama sekali. Dia pun melanjutkan perjalanannya. Tiba-tiba dia mendengar suara seorang anak yang sedang menangis, dan dia pun mengikuti arah suara tersebut dan tiba di sebuah persimpangan jalan. Disana terdapat seorang anak yang sedang menangis. “kamu kenapa dek ?” Tanya si mungil. “ saya ingin mengambil buah lamon itu, tetapi saya tidak bisa memanjatnya, huuuu…huuuuu..” kata anak itu sambil mengancungkan telunjuknya ke arah sebuah pohon besar yang sangat tinggi sekali dan di ranting yang paling atas terdapat buah berbentuk boneka teddy bear tergantung disana. “ baiklah kakak akan membantu kamu untuk mengambilnya “ kata si mungil yang segera mendekat ke pohon itu. Pohon itu sangat besar sekali, dia tidak tahu bagaimana cara untuk menaikinya. Namun dia tetap mencoba untuk memanjatnya, disaat dia menyentuh batang pohon itu, tiba-tiba saja buah berbentuk tedy beard tadi berjatuhan ke tanah. “ apa yang terjadi ? “katanya dalam hati. “ tapi sudahlah, lebih baik saya mengumpulkan buah-buah ini. “ kata si mungil yang segera mengumpulkan buah-buah itu ke dalam keranjang yang terdapat disamping pohon tersebut. Kemudian dia mengantarkan buah-buah itu kepada anak kecil yang menangis tadi. “ini dek buahnya “ kata si mungil sambil menyerahkan keranjang yang telah berisi dengan buah. “terima kasih kak, ini satu buat kakak “ kata anak itu yang kemudian memberikan sebuah buah kepada si mungil. Kemudian si mungil pun melanjutkan perjalanannya , tiba-tiba ia melihat seorang ibu tua sedang terjatuh ditengah jalan. Dia pun segera menghampirinya dan membantunya berdiri. “ ibu kenapa ? “Tanya si mungil . “ibu sudah tiga hari ini tidak makan ,nak. Ibu sangat kelaparan. “ kata ibu itu. “ ini bu, saya punya buah. Ini buat ibu saja “kata si mungil. “ tapi apakah kau tidak ingin memakannya ? “ Tanya ibu itu. Secara tiba-tiba perut si mungil terasa sangat lapar, ketika dia melihat buah yang dipegangnya dimenjadi semakin lapar dan ingin memakannya, tapi.. “ ini buat ibu saja . ibu lebih membutuhkannya “ kata si mungil sambil memberikan buah tersebut. “kau benar-benar seorang pemuda yang baik. “kata ibu itu. “ini ambillah kunci ini buat kenang-kenangan “kata ibu itu yang langsung meninggalkan si mungil. Kemudian si mungil melanjutkan perjalanannya lagi dan kini dia berada disebuah jalan yang sangat sempit dan disebelah kirinya terdapat jurang. “tolong….”kata sebuah suara dari dekat jurang itu. Dia pun mencari asal suara itu, ternyata ada seorang gadis cantik yang hampir jatuh ke jurang. Dengan cepat dia menarik tangan gadis itu dan menolongnya naik ke atas. Namun begitu gadis tersebut berhasil naik tiba-tiba tanah tempat si mungil berpijak tiba-tiba longsor, hingga membuat dia terjatuh ke jurang. “ apakah aku akan mati ? “tanyanya dalam hati disaat-saat terakhirnya. “ hey, bangunlah “ kata sebuah suara yang tiba-tiba menyadarkan dirinya. Saat dia membuka matanya dia melihat gadis yang ditolongnya sudah berada dihadapannya. “ kau benar-benar pemuda yang baik. Aku tahu kau kesini untuk mencari kristal cahaya ini kan ? “ Tanya si gadis sambil memperlihatkan sebuah kristal yang mengeluarkan cahaya putih yang menyilaukan. Ketika si mungil mengambil kristal itu, tiba-tiba didepan mereka berdua muncul sebuah pintu. “itu adalah pintu keluarnya “kata sang gadis . kemudian si mungil pun membuka pintu tersebut dengan kunci yang didapatkan dari ibu yang kelaparan itu dan begitu dia masuk ke pintu itu, dia tiba di rumahnya. “ mungil, lemparlah kristal itu ke sungai di desamu, maka musim kemarau pun akan berakhir “ kata sebuah suara. Kemudian ia segera mencari ibunya dan mengatakan bahwa dia telah menemukan cara agar desa ini tidak kekeringan lagi. Bersama ibu dan ayahnya ,dia pergi ke sungai. Ternyata disana telah berkumpul para penduduk yang telah menunggu kedatangan si mungil. Kabar mengenai ia telah menemukan cara desa ini keluar dari musim kemarau panjang, tenyata telah tersiar ke penjuru desa. “ apakah benar kau telah menemukan cara menghilangkan kemarau ini ? “Tanya seorang penduduk. “ah tidak mungkin “kata penduduk yang lainnya. Tapi si mungil tidak memperdulikan perkataan para penduduk dia malah berjalan mendekati sungai dan melemparkan kristal cahaya itu ke sungai. Tapi tidak terjadi apa-apa disana. “ dasar pembohong “ kata para penduduk itu serempak. Mereka pun segera meninggalkan si mungil beserta keluarga nya. Namun tiba-tiba ada seorang anak kecil yang berteriak, “ lihat, air sungai mulai muncul “kata anak itu beberapa saat kemudian. Lambat laun air itu pun semakin banyak dan para penduduk pun mengucapkan banyak terima kasih kepada si mungil.

salam distiwan

0 comments:

Post a Comment